Jumat, 20 Januari 2017

Tuan yang Memiliki Batas



 Foto : Dokumen Pribadi sebagai Ilustrasi

Perputaran waktu adalah keniscayaan yang tidak bisa siapapun hindari. Terus bergulir tanpa jeda untuk berhenti.  Waktu membuat segalanya menjadi tumbuh atau mati. Tubuh dan jiwa pada akhirnya ditentukan perpisahannya oleh tangan waktu yang kadang tidak perlu menunggu tua atau rapuh. Setiap detik menggerus dan mengambil, tidak peduli kapan, sekarang atau nanti. Ketidak-berdayaan membuat segalanya seperti menunggu kepastian yang dijanjikan. Yang berlari selalu dikejar, dan yang hilang selalu dicari, berhenti bukan keputusasaan, hanya pilihan jika sudah lelah. 

Waktu menuntut segalanya untuk dikenang, memaksa apa yang dipunya untuk direlakan, menasehati yang dikuasainya untuk dikhlaskan. Karena dia (waktu) yang menentukan kapan segalanya yang dipunya dan dikuasai untuk dikembalikan pada Tuan-nya. 

Selama dia masih ada, tidak ada keabadian yang bisa dinikmati. Semua menjadi terbatas dan dibatasi. Pada akhirnya hidup hanya metamorfosis dari air mani, menjadi manusia yang berumur dan mati. Karena hidup tidak seperti siklus air yang bisa menguap menuju langit, memadat dan dicairkan kembali menjadi hujan yang membasahi tubuh bumi. Perumpamaan itu juga tidak sama. Karena yang mati tidak akan bisa hidup, tetapi yang hidup akan menjadi satu dengan yang mati. 

Tidak perlu menjadi ketergesaan karena waktu akan mematikan, juga tidak perlu menjadi terburu karena waktu yang dijanjikan akan tiba. Karena tujuan hidup bukan untuk mati, tetapi waktu memberi kesempatan untuk segalanya menikmati hidup. 

Tetapi, jangan sekali-kali kita menuntut kebebasan untuk sebenar-benarnya memburu yang nikmat itu. Waktu memiliki Tuan dan ketidak-berdayaan, itulah ke-abadi-an. Tidak ada lagi waktu yang membatasi, karena tidak ada lagi jasad. Waktu akan diusir, dari dunia yang tidak akan pernah siapapun tau, sampai waktu itu sendiri tidak berdaya dibawah kaki Tuannya. Pada akhirnya kita bisa merasakan menjadi abadi, selayaknya yang kita pilih dalam kesempatan hidup yang diberikan waktu di dunia yang memiliki batas. 

Lalu siapa kita?. Siapapun kita, kita hanya mencoba memahami jeda waktu. (Dd, 21/01/17)

0 komentar:

Posting Komentar