Foto : Dokumen Pribadi sebagai Ilustrasi
Perputaran waktu adalah keniscayaan yang tidak bisa siapapun hindari. Terus bergulir tanpa jeda untuk berhenti. Waktu membuat segalanya menjadi tumbuh atau mati. Tubuh dan jiwa pada akhirnya ditentukan perpisahannya oleh tangan waktu yang kadang tidak perlu menunggu tua atau rapuh. Setiap detik menggerus dan mengambil, tidak peduli kapan, sekarang atau nanti. Ketidak-berdayaan membuat segalanya seperti menunggu kepastian yang dijanjikan. Yang berlari selalu dikejar, dan yang hilang selalu dicari, berhenti bukan keputusasaan, hanya pilihan jika sudah lelah.
Waktu
menuntut segalanya untuk dikenang, memaksa apa yang dipunya untuk direlakan,
menasehati yang dikuasainya untuk dikhlaskan. Karena dia (waktu) yang
menentukan kapan segalanya yang dipunya dan dikuasai untuk dikembalikan pada
Tuan-nya.
Selama
dia masih ada, tidak ada keabadian yang bisa dinikmati. Semua menjadi terbatas
dan dibatasi. Pada akhirnya hidup hanya metamorfosis dari air mani, menjadi
manusia yang berumur dan mati. Karena hidup tidak seperti siklus air yang bisa
menguap menuju langit, memadat dan dicairkan kembali menjadi hujan yang
membasahi tubuh bumi. Perumpamaan itu juga tidak sama. Karena yang mati tidak
akan bisa hidup, tetapi yang hidup akan menjadi satu dengan yang mati.
Tidak
perlu menjadi ketergesaan karena waktu akan mematikan, juga tidak perlu menjadi
terburu karena waktu yang dijanjikan akan tiba. Karena tujuan hidup bukan untuk
mati, tetapi waktu memberi kesempatan untuk segalanya menikmati hidup.
Tetapi,
jangan sekali-kali kita menuntut kebebasan untuk sebenar-benarnya memburu yang
nikmat itu. Waktu memiliki Tuan dan ketidak-berdayaan, itulah ke-abadi-an.
Tidak ada lagi waktu yang membatasi, karena tidak ada lagi jasad. Waktu akan
diusir, dari dunia yang tidak akan pernah siapapun tau, sampai waktu itu
sendiri tidak berdaya dibawah kaki Tuannya. Pada akhirnya kita bisa merasakan
menjadi abadi, selayaknya yang kita pilih dalam kesempatan hidup yang diberikan
waktu di dunia yang memiliki batas.
Lalu
siapa kita?. Siapapun kita, kita hanya mencoba memahami jeda waktu. (Dd, 21/01/17)